Rabu, 04 Februari 2015

sistem pengisian pada mobil



A.    DASAR TEORI SISTEM PENGISIAN
1.      Sirkuit Sistem Pengisian
2.      Komponen Sistem Pengisian
a.       Baterai
Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat mesin menyala. Dan menjadi sumber tegangan untuk membuat rotor coil pada alternator menjadi megnet saat mesin akan dinyalakan.
b.      Kunci Kontak
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQi0_0BqGY5TxnXQAF6TqN1zlKsEcNUQIR2aLKlMcs3ltd1AmY0
Kunci kontak berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran arus listrik ke system berikutnya (system pengisian).
c.       Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada system pengisian / jika terjadinya korsleting (hubungan pendek arus listrik).
d.      Voltage Regulator
Komponen ini adalah komponen yang berfungsi mengatur output tegangan dari alternator agar tetap stabil pada putaran mesin yang berbeda – beda.
e.       Alternator
Alternator adalah komponen system pengisian yang berfungsi untuk pembangkit listrik berdasarkan putaran mesin. Komponen ini adalah komponen yang dapat mengubah putaran mesin menjadi energy listrik berdasarkan prinsip kerja generator.
Komponen – Komponen Alternator :
·  Pulley
Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui sabuk belt (v- belt).
·  Fan (Kipas)
Berfungsi untuk mendinginkan stator pada alternator yang panas saat mesin menyala terus menerus.
·  Stator
Berfungsi untuk membangkitkan arus listrik bolak balik / AC (Alternating Current).
·  Rotor
Berfungsi untuk membangkitkan medan magnet dengan prinsip elektromagnet.
·  Diode (Rectifier)
Berfungsi untuk menyearahkan arus bolak – balik (AC) menjadi arus searah (DC).
·  Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik dari voltage regulator ke slip ring dan menghubungkan slip ring satunya ke massa.
·  Slip Ring
Berfungsi untuk menerima arus listrik dari brush dan menyalurkannya ke stator coil dan memassakan stator dengan melewati brush satunya.
·  Lampu Indikator Pengisian
Lampu ini berfungsi sebagai tanda kepada pengemudi jika system pengisian tidak bekerja.

3.      Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional :
a.       Saat Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Menyala

Aliran Arus Saat Kunci Kontak “ON” mesin belum menyala :
·  Arus yang ke stator coil
Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Terminal IG Voltage Regulator → Kontak PL1 → Kontak PLO → Terminal F Voltage Regulator → Terminal F Alternator → Brush → Slip Ring → Rotor Coil → Slip Ring → Brush → Terminal E Alternator → Massa.
Dengan kondisi ini maka rotor coil akan penuh menjadi magnet dan jika rotor berputar maka stator coil akan menghasilkan arus listrik yang besar.
·  Arus yang ke lampu indicator
Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Lampu Indikator → Terminal L Regulator → Kontak P0 → Kontak P1 → Massa.
Dengan kondisi ini maka lampu indicator terhubung dengan massa karena terjadi kontak antara kontak P0 dengan P1

b.      Saat Mesin Menyala Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang

·  Aliran Arus Saat Putaran Mesin Rendah Ke Sedang
Saat mesin sudah menyala maka terminal N alternator menghasilkan arus listrik yang akan mengaktifkan voltage relay pada voltage regulator. Sehingga kontak Po akan ditarik dan terhubung dengan kontak P2. Pada kondisi ini kontak Po memisahkan diri dari P1 sehingga Lampu Indikator tidak terhubung dengan massa. Pada kondisi ini maka lampu indicator akan mati.
Saat kondisi ini terminal B alternator juga sudah menghasilkan arus listrik dan saat kontak Po Terhubung dengan Kontak P2 maka voltage regulator relay pada voltage regulator akan aktif dan menarik kontak Plo sehingga berada mengambang antara kontak PL1 dan PL2.
Pada kondisi ini Arus Listrik dari terminal IG Voltage Regulator akan melalui resistor sebelum mencapai terminal F Regulator. Sehingga arus listrik yang mengalir ke terminal F akan lebih sedikit dan membuat kemagnetan pada rotor coil akan berkurang. Kondisi inilah yang menyebabkan output pengisian dari kecepatan Rendah ke kecepatan sedang tetap stabil.

c.       Saat Mesin Kecepatan Tinggi

·  Aliran Arus Saat Kecepatan Sedang Ke Tinggi
Saat putaran mesin tinggi maka output tegangan terminal B Alternator juga besar sehingga menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator relay pada voltage regulator menjadi kuat sehingga mampu menarik dan menghubungkan terminal PLo dengan Terminal PL2. Sehingga arus listrik dari terminal IG yang ke terminal F akan langsung di massa-kan oleh kontak PL2 sehingga arus listrik yang mengalir ke rotor coil akan terputus – putus dan kemagnetan rotor coil juga terputus – putus. Sehingga meski pada putaran tinggi output alternator untuk pengisian baterai akan tetap stabil.

B.     PELAKSANAAN SERVIS SISTEM PENGISIAN
Ø  Perawatan dan Perbaikan Alternator 
a.       Periksa Continuitas Open Circuit Rotor Coil

Periksa hubungan terbuka rotor coil, jika ada hubungan (Baik), jika tidak ada hubungan (Putus)
b.      Periksa Continuitas Massa Rotor Coil

Periksa hubungan massa dari rotor coil, jika ada hubungan (Bocor), jika tidak ada hubungan (Baik)
c.       Periksa Diameter Slip Ring

Periksa diameter slipring dari keausan akibat gesekan dengan brush, Diameter standart dari slipring tergantung dari sfesifikasi pabrik, jika sudah aus (Ganti baru)
d.      Periksa Continuitas Open Circuit Stator Coil

Periksa hubungan terbuka stator coil, jika ada hubungan (Baik), jika tidak ada hubungan (Putus)
e.       Periksa Continuitas Massa Stator Coil

Periksa stator coil hubungan massa, jika ada hubungan (Bocor), jika tida ada hubungan (Baik)
f.       Periksa Continuitas Dioda (+) dan Dioda (-)

Periksa  hubungan dioda (+) dan dioda (-), jika salah satu ada hubungan berarti kondisi dioda (Baik)
g.      Periksa Panjang Sikat
Ukur panjang sikat (sesuai sfesikasi pabrik) jika sudah aus, terbakar atau rusak (Ganti baru)
Ø  KERUSAKAN-KERUSAKAN ALTERNATOR
  1. Rotor coil terputus/terbakar
  2. Stator coil terputus/terbakar
  3. Dioda telah putus/terbakar
  4. Regulator coil rusak/terbakar
  5. Brush dan brush holder putus
  6. Bearing aus/rusak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar